
Menengok agak jauh ke masa lalu mungkin orang kebayakan bilang masa kuno dan tradisional, masa dimana orang-orang shaleh, para ilmuwan terdahulu begitu brilian dengan khazanah ilmu dan penemuan-penemuan yang mereka ciptakan. Mereka tidak lepas mencatat karya besar mereka dalam tulisan-tulisannya. Sebut saja Ibnu Katsir yang memiliki nama lengkap Abul Fida’, Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi, Kitab beliau Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim menjadi kitab tafsir terbesar dan tershahih hingga saat ini al-Bidayah Wa an-Nihayah yang berisi kisah para nabi dan umat-umat terdahulu, Jami’ Al Masanid yang berisi kumpulan hadits, Ikhtishar ‘Ulum al-Hadits tentang ilmu hadits, Risalah Fi al-Jihad tentang jihad dan masih banyak lagi. Imam Al Ghazali dengan kitab Ihya Ulumuddin kitab fenomenal yang memaparkan Islam dari berbagai sudut, Sir Issac Newton menulis sebuah buku Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, dimana pada buku tersebut dideskripsikan mengenai teori gravitasi secara umum, berdasarkan hukum gerak yang ditemukannya, dimana benda akan tertarik ke bawah karena gaya gravitasi. Dan masih banyak lagi karya-karya besar orang-orang terdahulu yang mengangkat namanya sepanjang masa.
Alloh Swt mengisyaratkan dengan kalimat pena dan tinta tatkala Dia menjelaskan tentang Maha luasnya ilmu-Nya sebagaimana tersebut dalam Al-qur’an Surat Al-Kahfi ayat 109 dan Luqman ayat 27
“Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.” (QS. Al Kahfi: 109)
“Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Luqman: 27).
Melihat fenomena kebiasaan manusia sejak lahir sampai liang kubur kayaknya menulis adalah fitrah atau sunatulloh bisa dikatakan demikian. Surat menyurat, ngeblog, update status di facebook, ngasih komentar, sms bolak-balik alias “berbalas pantun” dan banyak fenomena lainnya.
Ada beberapa alasan bagi saya sebenarnya jujur saja, awalnya saya berpendapat bahwa menulis itu identik membuat buku-buku besar an sich, tanpa memikirkan prosesnya, jadi berfikir instant, emangnya buat mie bisa instant….. Maka saya terlalu berat saya berfikir. Ibarat seorang anak kecil yang gemar bermain sepak bola sudah berfikir ingin seperti Ronaldo dengan tidak pernah menendang bola sama sekali. Maka untuk menjadi penulis hebat sekaligus sukses kita harus menjalani tahapan-tahapan proses kearah sana awalnya. Belajar menulis adalah bagian dari proses itu. Lo ternyata saya sudah menulis......
http://www.sekolahmenulisonline.com/
Tulisan ini diikutsertakan pada Program Beasiswa SMO 2010