-->

Selamat Berjuang Adzkiya

Garut kota leluhur, qodarulloh seolah tak mau lepas dari tanah kelahiran enin( baca: nenek) Adzkiya Yumna memulai jihad nya di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Persatuan Islam 73 Garogol Kota Garut. Ingatan kembali menerawang ke masa Adzkiya masih balita, dua tahun di taman kanak-kanak dan enam tahun di sekolah dasar yang baru ia selesaikan. Prestasi akademik Adzkiya termasuk biasa-biasa saja nilai Nemnya hanya rata-rata tujuh koma, hal ini tidak membuat saya dan ibunya kecewa karena itulah hasil usaha maksimalnya dan yang terpenting bukan nilai angka-angka yang menjadi tujuan kami, yaa.. walaupun akan lebih senang jika kami melihat nilainya lebih besar hehehehe..

Disamping itu yang kami bangga dari Adzkiya adalah beberapa lembaran kecil sederhana penghargaan dari sekolah atasnya sebagai prestasinya sebagai siswa terajin dan siswa penuh inisiatif Walhamdulillah….

Mondok di Pesantren adalah pilihannya dan Adzkiya sudah setuju untuk mondok di sana dengan tanpa paksaan dari kami. Setelah kami pilihkan beberapa pondok di sekitar Subang, Cikole dan Bandung bahkan saya sempat tawarkan pondok yang berada si kota Solo kota leluhur mbahnya, akhirnya qodarulloh Garut adalah pilihannya.


Pekan banjir air mata

Sebagai orang tua yang baru pertama kalinya memondokkan anaknya, kekhawatiran, kegundahan, kegalauan atau apatah namanya menyelimuti kami. Kami melepas Adzkiya di pondok dengan menahan air mata agar tidak tumpah di hadapan Adzkiya. Lambaian tangan perpisahan menanamkan kesan yang begitu dalam di dalam hati, kami merasakan jika Adzkiya mempunyai perasaan yang sama. Bahkan ibunya tak tega memeluknya karena khawatir air matanya tumpah tak terbendung. Kami pun pulang kembali ke Bandung dengan berat hati dan pasrah.

Akhirnya air mata sudah tidak tertahan lagi. Malam-malam kami dipenuhi tangisan. Sholat-sholat kami, dalam tidur-tidur kami, dalam diam kami selalu berhias derai air mata rindu dan kekhawatiran. Kami senantiasa mengobati kami sendiri dengan doa-doa kami menitipkan putri kami kepada Sang Pencipta dan Pengurus Alam Semesta Alloh Swt.

Begitu keadaannya selama sepekan hingga akhirnya kami bersiap-siap menengok Adzkiya keesokan harinya. Dengan berboncengan sepeda motor kami meluncur ke kota Garut di hari jumat. Setiba di pondok teman-teman adzkiya memanggil ”adzkiyaaa…adzkiyaaa”. Rupanya mereka mengenali kami sebagai orang tua Adzkiya. Dengan berlari Adzkiya menghampiri ibunya dengan derai air-mata. “Ibuuu…kiya gak betaah pindah aja..” begitu pintanya. Kulihat ibunya pun tak kuasa menahan cucuran air-mata. Aku berpaling dan menjauh berusaha menahan tekanan rasa sedih yang dalam. Timbul dalam benakku untuk mencari sekolah alternatif di Bandung..ah lemah sekali aku. Ibunya berusaha menghiburnya. Adzkiya mengeluh pusing dan sakit perut, dia minta berobat di Bandung saja. Tapi atas saran pihak pondok akhirnya kiya ( begitu kami memanggilnya) berobat di klinik terdekat gak jauh dari pondok. Sebelumnya beberapa teman-temannya yang menyaksikan tangisan kiya, mereka menghampiri dengan memberikan semacam advis atau testimoni menghibur Adzkiya, rupanya beberapa diantaranya adalah kakak kelasnya..cukup melegakan kami atas sikap dewasa dan care beberapa teman-teman dan kakak kelasnya itu. Kulihat istriku, Adzkiya dan beberapa teman-temannya membuat halaqoh kecil di depan kelasnya. Mereka berbagi cerita tentang kehidupan di pondok suatu peristiwa yang menakjubkan bagi saya. Ternyata istriku lebih kuat dan teguh di banding aku semoga Alloh swt menjaganya.

Akhirnya kamipun membawa adzkiya ke klinik terdekat dan konsul dokter atas keluhannya. Sepulang dari klinik kami tidak langsung kembali ke pondok tapi kami mampir makan baso tidak jauh dari klinik. Ti “halaqoh baso” itulah kami banyak berbincang diantara kami, suasana cair, menyenangkan dan dari mulut Adzkiya sendiri akhirnya kami tau ternyata Adzkiya telah menyelesaikan tiga hari puasa qodho atas inisiatif sendiri..kami memuji Alloh walhamdulillah suatu hal yang kami tidak jumpai ketika kami di rumah. Kami pun memujinya dan terus memberikan semangat. Dan kami ingatkan tentang beberapa hadist keutamaan mencari ilmu kepadanya.

Hari mulai senja dan Adzkiya memberitahukan bahwa ba'da asar nanti ada sekolah agama di pondok. Kamipun bergegas menuju pondok. Tidak lama setiba di pondok kamipun meninggalkan pondok kulihat mata Adzkiya masih berkaca. Sekali lagi lisan dan hati kami berseloroh Yaa Robbanaa kutitipkan Adzkiya padaMu karena Engkaulah sebaik-baik teman dan tempat bersandar segala urusan.


Selamat Berjuang Adzkiya Yumna kami mencintaimu karena Alloh ta ‘alaa semoga Alloh memberikan padamu taufiq kefahaman akan ilmu yang akan menerangi jalan kehidupanmu di dunia ini hingga akhirat nanti. Sebagaimana dulu tatkala pagi buta kau masih belia kau kalahkan setan ( baca: http://jiwayangtenang.blogspot.co.id/2010/11/anakku-lepaskan-3-ikatan-syetan-itu.html) kami yakin dengan pertolongan Alloh kau akan mampu kalahkan syetan dan hawa yang berusaha menghalangimu dari kebaikan.

Hasbiyalloohu wa ni’mal wakil.