Percaya dan Yaqin
akan datangnya akhir dari kehidupan sekaligus akan hadirnya kehidupan berikutnya adalah bagian
dari keimanan. Bahkan dalam beberapa FirmanNya Alloh Jalla Wa ‘alaa dan
beberapa Sabda Nabi Shallalloohu alaihi wa sallam menyebutkan iman kepada-Nya
disandingkan dengan iman kepada yaumil akhir. Dengan awalan “ Man Aamana
Billahi wal Yaumil Aakhir” Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari
akhir. Begitu sangat amat pentingnya Iman kepada hari akhir karena seseorang
yang kuat keimanannya kepada hari Akhir maka setiap langkah dalam kehidupan ini
akan senantiasa di timbang-timbang baik buruk, benar salahnya. Baik dan benar
membawa kebahagiaan dan buruk salah akan membawa kehinaan di hari akhir.
Sebagai bentuk kasih
sayang Alloh Jalla wa ala kepada seluruh anak Adam adalah diutusnya Nabi kepada
mereka sekaligus membawa risalah Kitab Al quran sebagai petunjuk dalam
menjalankan kehidupan di dunia yang tak selalmanya ini. Mengapa demikian? Ya
tentu dengan ditusnya Nabi beserta petunjuk itu, Alloh Jalaa wa Alaa
“membocorkan” beberapa pertanyaan-pertanyaan sekaligus jawabannya kepada
manusia. Alloh Jalla wa Alaa tidak pernah menyembunyikan perkara-perkara yang
membuat manusia kebingungan kelak ketika menghadapi pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
Soal-soal apakah
gerangan? Yang jelas semua soal harus dijawab secara essay bukan multiple
choise.
Inilah bocorannya
Pertanyaan
Setelah Mati
Bagaimanakah
perjalanan seseorang jika ia telah masuk di alam kubur? Hadits panjang al-Bara’
bin ‘Azib yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Imam al-Hakim
dan Syaikh al-Albani menceritakan perjalanan para manusia di alam kuburnya:
Suatu hari kami mengantarkan jenazah salah seorang
sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
golongan Anshar. Sesampainya di pekuburan, liang lahad masih digali. Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
duduk (menanti) dan kami juga duduk terdiam di sekitarnya seakan-akan di atas
kepala kami ada burung gagak yang hinggap. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memainkan sepotong
dahan di tangannya ke tanah, lalu beliau mengangkat kepalanya seraya bersabda, “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur!”
Beliau ulangi perintah ini dua atau tiga kali.
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seandainya seorang yang beriman sudah tidak lagi menginginkan dunia dan telah mengharapkan
akhirat (sakaratul maut), turunlah dari langit para malaikat yang bermuka cerah
secerah sinar matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga lalu
duduk di sekeliling mukmin tersebut sejauh mata memandang. Setelah itu turunlah
malaikat pencabut nyawa dan mengambil posisi di arah kepala mukmin tersebut.
Malaikat pencabut nyawa itu berkata, ‘Wahai nyawa yang mulia keluarlah engkau
untuk menjemput ampunan Allah dan keridhaan-Nya’. Maka nyawa itu (dengan
mudahnya) keluar dari tubuh mukmin tersebut seperti lancarnya air yang mengalir
dari mulut sebuah kendil. Lalu nyawa tersebut diambil oleh malaikat pencabut
nyawa dan dalam sekejap mata diserahkan kepada para malaikat yang berwajah
cerah tadi lalu dibungkus dengan kafan surga dan diberi wewangian darinya pula.
Hingga terciumlah bau harum seharum wewangian yang paling harum di muka bumi.
Kemudian nyawa yang telah dikafani itu diangkat ke
langit. Setiap melewati sekelompok malaikat di langit mereka bertanya, ‘Nyawa
siapakah yang amat mulia itu?’ ‘Ini adalah nyawa fulan bin fulan’, jawab para
malaikat yang mengawalnya dengan menyebutkan namanya yang terbaik ketika di
dunia. Sesampainya di langit dunia mereka meminta izin untuk memasukinya, lalu
diizinkan. Maka seluruh malaikat yang ada di langit itu ikut mengantarkannya
menuju langit berikutnya. Hingga mereka sampai di langit ketujuh. Di sanalah
Allah berfirman, ‘Tulislah nama hambaku ini di dalam kitab ‘Iliyyin. Lalu
kembalikanlah ia ke (jasadnya di) bumi, karena darinyalah Aku ciptakan mereka
(para manusia), dan kepadanyalah Aku akan kembalikan, serta darinyalah mereka
akan Ku bangkitkan.’
Lalu nyawa tersebut dikembalikan ke jasadnya di dunia.
Lantas datanglah dua orang malaikat yang memerintahkannya untuk duduk. Mereka
berdua bertanya, ‘Siapakah
rabbmu?’, ‘Rabbku adalah Allah’ jawabnya. Mereka berdua kembali
bertanya, ‘Apakah
agamamu?’, ‘Agamaku Islam’ sahutnya. Mereka berdua bertanya
lagi, ‘Siapakah
orang yang telah diutus untuk kalian?’ “Beliau adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”
jawabnya. ‘Dari mana engkau tahu?’ tanya mereka berdua. ‘Aku membaca Al-Qur’an
lalu aku mengimaninya dan mempercayainya’. Tiba-tiba terdengarlah suara dari
langit yang menyeru, ‘(Jawaban) hamba-Ku benar! Maka hamparkanlah surga
baginya, berilah dia pakaian darinya lalu bukakanlah pintu ke arahnya’. Maka
menghembuslah angin segar dan harumnya surga (memasuki kuburannya) lalu
kuburannya diluaskan sepanjang mata memandang.
Saat itu datanglah seorang (pemuda asing) yang amat
tampan memakai pakaian yang sangat indah dan berbau harum sekali, seraya
berkata, ‘Bergembiralah, inilah hari yang telah dijanjikan dulu bagimu’. Mukmin
tadi bertanya, ‘Siapakah engkau? Wajahmu menandakan kebaikan’. ‘Aku adalah amal
salehmu’ jawabnya. Si mukmin tadi pun berkata, ‘Wahai Rabbku (segerakanlah
datangnya) hari kiamat, karena aku ingin bertemu dengan keluarga dan hartaku
Tentang
Sholat yang pertama
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”
Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386. Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, penilaian shahih ini disepakati oleh Adz Dzahabi)
Shalat adalah wasiat Nabi shallallohu alaihi wasallam diakhir hayat beliau
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa di antara wasiat terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Jagalah shalat, jagalah shalat dan budak-budak kalian” (HR. Ahmad)
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”
Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386. Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, penilaian shahih ini disepakati oleh Adz Dzahabi)
Shalat adalah wasiat Nabi shallallohu alaihi wasallam diakhir hayat beliau
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa di antara wasiat terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Jagalah shalat, jagalah shalat dan budak-budak kalian” (HR. Ahmad)
Umur,
Ilmu dan Harta
“Tidaklah bergeser kedua kaki seorang
hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang (4
perkara:) (Pertama,) tentang umurnya dihabiskan untuk apa. (Kedua,) tentang
ilmunya diamalkan atau tidak. (Ketiga,) Tentang hartanya, dari mana dia peroleh
dan ke mana dia habiskan. (Keempat,) tentang tubuhnya, capek / lelahnya untuk
apa.” (HR Tirmidzi dan Tirmidzi berkara
hasan shahih. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ad-Darimi dan lainnya dan
dishahihkan oleh Syaikh Muhammad bin Nashiruddin Al-Albani)
Perkara-perkara
diatas adalah petunjuk bagi manusia untuk bersegera untuk mempersiapkan diri
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Bocoran ini tidaka akan pernah meleset
sedikitpun. Maka orang yang menyiapkan diri untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan diatas dialah orang yang cerdas.
Ibnu Umar radhiyallaahu
‘anhuma berkata,
“Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan
Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah,
siapakah orang mukmin yang paling utama?’ Rasulullah menjawab, ‘Yang paling
baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling
cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang
paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling
cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al
Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan)
Amatlah mengherankan tatkala bocoran soal ujian diberi tapi dia mempelajari materi selainnya maka dapat dipastikan dia akan kesulitan menjawab soal-soal itu.
Amatlah mengherankan tatkala bocoran soal ujian diberi tapi dia mempelajari materi selainnya maka dapat dipastikan dia akan kesulitan menjawab soal-soal itu.
“bocoran” ini dari
Alloh Jalla Wa Alaa yang menguasai hari Akhir “ maaliki yaumiddiin” maka pantas jika
Nabi menyebut orang yang cerdas adalah yang mempersiapkan kehidupan setelah
kematian yaitu hari akhir dan mafhun mukholafah atau kebalikan dari itu adalah
bodohnya orang yang tidak mempersiapkannya.
“Allah
Meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah akan Menyesatkan orang-orang yang
dzalim dan Memperbuat apa yang Dia kehendaki.”( QS Ibrahim 27)
Wallohu A’lam
Al Faqiir @kangrud